Thursday, May 1, 2008

Pendidikan Jarak Jauh Jangan Hanya untuk Raih Gelar

Jakarta, Sinar Harapan
Pendidikan jarak jauh yang mengabaikan pengendalian mutu dapat menyuburkan motivasi masyarakat yang hanya bertujuan untuk mendapatkan gelar daripada menambah ilmu pengetahuan dan keterampilannya.
Demikian Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) M. Jusuf Kalla dalam ceramah umum pada Dies Natalis ke-18 Universitas Terbuka, di Jakarta, Rabu (4/9). ”Pengabaian mutu dalam pendidikan jarak jauh dapat menimbulkan motivasi masyarakat hanya untuk mendapatkan gelar semata, bukan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan,” ujarnya.
Oleh sebab itu, sistem ujian baik teori maupun praktik bagi peserta pendidikan tinggi jarak jauh, sangat menentukan bermanfaat atau tidaknya penyelenggaraan pendidikan tinggi jarak jauh tersebut. Selain itu, sistem pendidikan jarak jauh sebaiknya menggunakan standar yang sama dengan program reguler, sedangkan yang berbeda hanya metode belajar-mengajarnya.
Menurut Kalla, pendidikan tinggi jarak jauh khususnya yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, dapat menjadi alternatif, namun harus disertai dengan pengendalian mutu yang baik. Pendidikan tinggi jarak jauh juga dapat meningkatkan keberhasilan program reguler.
Jusuf Kalla menambahkan, jika dikelola dengan baik dan menggunakan standar kelulusan yang se-mestinya, maka penyelenggaraan pendidikan tinggi jarak jauh justru mengandung beberapa kelebihan dibandingkan dengan program reguler, karena memiliki tingkat fleksibilitas yang lebih tinggi bagi mahasiswa dalam belajar.
Dalam hal ini mahasiswa dapat menjadi lebih mandiri dan penyelenggaraan proses belajar-mengajar tidak terikat oleh aturan kulikuler yang ketat. Dengan demikian, mahasiswa yang berpotensi tinggi dapat menyelesaikan programnya dengan lebih cepat.
Karakteristik utama dari sistem belajar jarak jauh ialah potensinya untuk mendorong mahasiswa menjadi orang yang memiliki komitmen tinggi terhadap tujuannya melalui kegiatan mandiri. “Pendidikan yang lulusannya bermutu rendah bukan hanya menimbulkan pemborosan resources tetapi juga menimbulkan masalah di masyarakat, apalagi jika hal tersebut terjadi di jenjang pendidikan tinggi,” lanjutnya.

Belajar Mandiri
Sementara itu Rektor Universitas Terbuka, Atwi Suparman, mengatakan dalam konteks peningkatan kualitas akademik, perbaikan yang telah dilakukan UT antara lain dalam bentuk peningkatan efisiensi kurikulum, penggunaan mata kuliah bersama, penggunaan bahan ajar bersama dan penutupan program studi yang sudah jenuh.
UT juga telah berupaya untuk mencari bentuk-bentuk baru format penyampaian bahan ajar agar mahasiswa yang memang berniat belajar merasa nyaman belajar di UT. Pada tahun 2002, UT telah mengembangkan hampir 200 paket bahan ajar multimedia yang terdiri atas bahan ajar cetak terintegrasi dengan video, audio cassette, audigrafis atau computer assisted instruction (CAI), termasuk melakukan revisi sejumlah bahan ajar cetak. UT melayani mahasiswa dengan mengembangkan bahan ajar suplemen sebagai bahan pengayaan dan pendalaman materi bagi mahasiswa.
“Dalam hal proses belajar, mahasiswa UT pada dasarnya dituntut untuk mampu belajar mandiri yang berarti bukan saja belajar sendiri, tetapi mengikuti berbagai bentuk tutorial.
Namun mahasiswa UT tidak boleh cengeng dan mengharapkan perkuliahan tatap muka serta melakukan kegiatan-kegiatan kemahasiswaan seperti yang dilakukan teman-teman mereka di perguruan tinggi lain,” tegasnya.
Atwi Suparman menjelaskan pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang dilakukan melalui pendayagunaan media pembelajaran, karena jauhnya jarak dan terpisahnya mahasiswa dengan pengelola pendidikan.
Pada 2001 UT memberikan layanan tutorial tatap muka di 21 Unit Pengembangan Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) dan tutorial tatap muka rancangan khusus pada tujuh UPBJJ. Di tahun yang sama, UT mengembangkan 30 set naskah tutorial tertulis untuk 30 mata kuliah.
Sedangkan untuk tutorial berbasis internet hingga saat ini UT sudah menyediakan 150 matakuliah dalam bentuk bulletin board yang dapat diakses oleh mahasiswa UT lewat internet.
Dalam tahun 2002 UT membentuk tim implementasi sistem jaminan kualitas yang bertugas antara lain menyusun kerangka acuan sistem jaminan kualitas (quality assurance system) dengan mengacu pada QAS yang dirumuskan oleh Asian Association of Open University. Target UT ke depan adalah UT sebagai perguruan tinggi jarak jauh unggulan di Asia.
“Target itu saat ini memang masih merupakan mimpi. Namun mimpi itu bisa berpeluang menjadi kenyataan. Oleh sebab itu mimpi ini bisa dijadikan sebuah titik awal untuk memacu semangat kerja UT dalam mewujudkannya melalui program yang strategis dan sistematik,” lanjut Atwi. (van)

oleh: koran sinar harapan
Ikke Nurdyastuti 1102406011

No comments: